BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Membran sel (bahasa Inggris: cell
membrane, plasma membrane) adalah bagian sel yang memisahkan sel dengan
lingkungan di luar sel, terutama untuk melindungi inti sel dan sistem
kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma.
Membran sel merupakan salah satu
bagian dari sel yang berfungsi untuk membatasi isi sel dari lingkungan luarnya.
Pada awal perkembangannya membran sel memiliki berbagai macam model berdasar
pada hasil percobaan yang telah dilakukan oleh beberapa orang saintis di jaman
dahulu. Akan tetapi model membran sel yang dianut hingga saat ini ialah model
mosaik fluida. Hal tersebut didasarkan atas adanya beberapa alasan yang
berhubungan dengan substansi penyusun membran sel. Adapun substansi penyusun
membran sel ialah lipid, protein, dan karbohidrat. Didalam makalah ini akan
dijelaskan lebih rinci mengenai struktur, fungsi dan transportasi membran sel.
1.2
Rumusan Masalah
·
Bagaimanakah struktur membran sel?
·
Apakah fungsi membran sel?
·
Apakah fungsi transportasi membran sel?
·
Bagaimanakah mekanisme proses-proses
yang terjadi pada membran sel?
1.3
Tujuan
·
Mengetahui struktur membran sel
·
Mengetahui fungsi membran sel
·
Mengetahui fungsi transportasi membran
sel
·
Mengetahui mekanisme proses-proses yang
terjadi pada membran sel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Struktur Membran Sel
Struktur membran
sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson pada
tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam
bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di
sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang
menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang
dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama
dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel
antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan
kolesterol.
Komponen utama
membran sel terdiri atas Phosfolipid, selain itu terdapat senyawa lipid seperti
sfingomyelin, kolesterol, dan glikolipida. Phosfolipid memiliki dua bagian
yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan bagian yang bersifat hidrofobik.
Bagian hidrofobik merupakan bagian yang terdiri atas asam lemak. Sedangkan
bagian hidrofilik terdiri atas gliserol, phosfat, dan gugus tambahan seperti
kolin, serin, dan lain-lain. Penamaan phosfolipid dan sifat masing-masing akan
bergantung pada jenis gugus tambahan yang dimiliki oleh phosfolipid.
Jenis-jenis phosfolipid penyusun membran sel antara lain adalah : phosfokolin
(pc), phosfoetanolamin (pe), phosfoserin (ps), dan phosfoinositol (pi). Secara
alami di alam phosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur menyerupai
bola) atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis maka komponen
phosfolipid di membran dapat melakukan pergerakan dan perpindahan posisi.
Pergerakan yang terjadi antara lain adalah pergerakan secara lateral
(Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya pada monolayer membran) dan
pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans bilayer).
Protein inegral
membran, terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Protein integral memiliki domain membentang di luar sel dan di
sitoplasma. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik,
menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya
merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula
dimodifikasi di badan golgi.
Permukaan luar
setiap sel dibatasi oleh selaput halus dan elastis yang disebut membran sel.
Membran ini sangat penting dalam pengaturan isi sel, karena semua bahan yang
keluar atau masuk harus melalui membran ini. Hal ini berarti, membran sel
mencegah masuknya zat-zat tertentu dan memudahkan masuknya zat-zat yang lain.
Selain membatasi sel, membran plasma juga membatasi berbagai organel-organel
dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Membran plasma
bersifat diferensial permeabel, mempunyai pori-pori ultramikroskopik yang
dilalui zat-zat tertentu. Ukuran pori-pori ini menentukan besar maksimal
molekul yang dapat melalui membran. Selain besar molekul, faktor lain yang
mempengaruhi masuknya suatu zat ke dalam sel adalah muatan listrik, jumlah
molekul air, dan daya larut partikel dalam air.
Membran sel
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan
fosfat). Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (nonpolar),
kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi ke dalam. Sedangkan, bagian
kepala bersifat hidrofilik (polar) mengarah ke lingkungan yang berair. Selain
fosfolipid terdapat juga glikolipid (lemak yang bersenyawa dengan karbohidrat)
dan sterol (lemak alkohol terutama kolesterol). Sedangkan, komponen protein
terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein
terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Beberapa protein membran adalah enzim, sedangkan yang lain adalah
reseptor bagi hormon atau senyawa tertentu lainnya. Komposisi lipid dan protein
penyusun membran bervariasi, tergantung pada jenis dan fungsi membran itu
sendiri.
Namun,
membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat permeable selektif
terhadap molekul-molekul. Sehingga, membran sel dapat mempertahankan bentuk dan
ukuran sel.
Gambar 1. Membran Sel
2.2
Fungsi Membran Sel
Salah satu
fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua
arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul
hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol).
Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar
(glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar
dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya
molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas
membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan
transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme
khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Pada sel
eukariota, membran sel yang membungkus organel-organel di dalamnya, terbentuk
dari dua macam senyawa yaitu lipid dan protein, umumnya berjenis fosfolipid
seperti senyawa antara fosfatidil etanolamina dan kolesterol, yang membentuk
struktur dengan dua lapisan dengan permeabilitas tertentu sehingga tidak semua
molekul dapat melalui membran sel, namun di sela-sela molekul fosfolipid tersebut,
terdapat transporter yang merupakan jalur masuk dan keluarnya zat-zat yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
Nilai
permeabilitas air pada membran ganda dari berbagai komposisi lipid berkisar
antara 2 hingga 1.000 × 10−5 cm2/dt. Angka tertinggi ditemukan pada membran
plasma pada sel epitelial ginjal, beberapa sel glia dan beberapa sel yang
dipengaruhi oleh protein membran dari jenis akuaporin. Akuaporin-2 memungkinkan
adanya transporter air yang peka terhadap vasopresin, sedang ekspresi akuaporin-4
ditemukan sangat tinggi pada beberapa sel glia dan ependimal.
Pada tahun 1972,
Seymour Jonathan Singer dan Garth Nicholson mengemukakan model mosaik fluida
yang disusun berdasarkan hukum-hukum termodinamika untuk menjelaskan struktur
membran sel.
Pada model ini,
protein penyusun membran dijabarkan sebagai sekelompok molekul globular
heterogenus yang tersusun dalam struktur amfipatik, yaitu dengan gugus ionik
dan polar menghadap ke fase akuatik, dan gugus non-polar menghadap ke dalam
interior membran yang disebut matriks fosfolipid dan bersifat hidrofobik.
Himpunan-himpunan molekul globular tersebut terbenam sebagian ke dalam matriks
fosfolipid tersebut. Struktur membran teratur membentuk lapisan ganda fluida
yang diskontinu, dan sebagian kecil dari matriks fosfolipid berinteraksi dengan
molekul globular tersebut sehinggal struktur mosaik fluida merupakan analogi
lipoprotein atau protein integral di dalam larutan membran ganda fosfolipid.
2.3
Fungsi Transportasi Membran Sel
Ada banyak fungsi yang dilakukan
oleh membran sel salah satunya adalah untuk pengangkutan zat dari luar atau
kedalam sel.
Rangka Sitoskeleton merupakan membran sel yang bekerja sebagai penutup untuk organel internal dan melindungi mereka. Fungsi ini sangat vital dalam sel-sel hewan, yang kekurangan dinding sel. Rangka membran sitoskeleton ini (jaringan selular ‘kerangka’ yang terbuat dari protein dan terkandung dalam sitoplasma) dan memberi bentuk pada sel. Para mikrofilamen sitoskeleton melekat pada protein tertentu dalam membran sel, terutama yang bagian integral. Mikrofilamen ini juga telah memegang protein di tempat, sebagai yang terakhir memiliki kecenderungan untuk bergerak. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan sitoskeleton karena tersuspensi dalam sitoplasma dan melekat ke membran sel.
Gambar 2.
Sitoskeleton didalam sel
Fungsi lain yang penting dari membran sel adalah
transportasi molekul dan ion masuk dan keluar dari sel. Membran semipermeabel
yang memungkinkan molekul tertentu untuk bebas bergerak di atasnya. Sebagian
besar hidrofobik kecil (tidak ada afinitas untuk air) molekul melewati membran
ini secara bebas. Beberapa molekul bersifat hidrofilik kecil juga dapat
berhasil. Tetapi yang lain harus dilakukan melintasi membran. Mutasi molekul
melintasi membran mungkin atau mungkin tidak memerlukan penggunaan energi sel.
Transportasi sel merupakan salah satu fungsi penting membran
plasma. Selain memberikan dukungan kepada sitoskeleton dan mengangkut molekul
dan ion, membran sel memiliki berbagai fungsi lain juga.
a.
Interaksi dengan sel lain: membran
ini juga bertanggung jawab untuk melampirkan sel pada matriks ekstraseluler
(bahan non-hidup yang ditemukan di luar sel), sehingga sel dapat mengelompokkan
bersama-sama untuk membentuk jaringan.
b. Komunikasi dengan sel lain: Molekul-molekul protein dalam membran sel menerima sinyal dari sel lain atau lingkungan luar dan mengubah sinyal ke pesan, yang diteruskan ke organel dalam sel.
c. Melakukan Aktivitas Metabolik: Dalam beberapa sel, molekul protein tertentu kelompok bersama untuk membentuk enzim, yang melakukan reaksi metabolisme dekat permukaan dalam dari membran sel.
b. Komunikasi dengan sel lain: Molekul-molekul protein dalam membran sel menerima sinyal dari sel lain atau lingkungan luar dan mengubah sinyal ke pesan, yang diteruskan ke organel dalam sel.
c. Melakukan Aktivitas Metabolik: Dalam beberapa sel, molekul protein tertentu kelompok bersama untuk membentuk enzim, yang melakukan reaksi metabolisme dekat permukaan dalam dari membran sel.
2.4
Mekanisme Proses-Proses yang Terjadi pada Membran Sel
Mekanisme
transpor zat melalui membran- Dari penjelasan di depan Anda telah mengetahui
bahwa sel merupakan penyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Segala aktivitas
terjadi dalam sel, sehingga fungsi jaringan pun dapat dilakukan dengan baik.
Tentunya di sini ada hubungan antara sel satu dengan yang lain, terutama dalam
hal transpor zat-zat untuk proses metabolisme tumbuhan. Zat-zat tersebut keluar
masuk sel dengan melewati membran sel. Cara zat melewati membran sel melalui
beberapa mekanisme berikut.
1.
Transpor Pasif
Transpor pasif
merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi. Perpindahan zat ini
terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan. Transpor pasif
melalui peristiwa difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
a. Difusi
Difusi merupakan
proses perpindahan suatu zat yang terjadi secara spontan ketika ada perbedaan
tekanan difusi, dari tekanan yang tinggi ke arah tekanan yang lebih rendah.
Tekanan difusi berkorelasi positif dengan konsentrasi zat tersebut. Artinya,
semakin tinggi konsentrasinya, semakin tinggi pula tekanan difusi zat tersebut.
Perhatikan Gambar 3. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, di
antaranya suhu dan zat yang berdifusi. Dengan naiknya suhu, energi kinetik yang
dimiliki molekul suatu zat menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat
menjadi lebih cepat.
Gambar 3. Mekanisme difusi. (a) Dua ruang
dengan konsentrasi zat yang berbeda. (b) Terjadi perpindahan zat setelah sekat
dibuka. (c) Konsentrasi zat telah seimbang, tidak ada perpindahan zat.
Zat yang
memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi dibandingkan zat dengan
berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang paling mudah berdifusi adalah
gas. Cairan relatif lebih lambat berdifusi dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh
molekul dapat berdifusi masuk ke dalam sel. Membran sel terdiri atas
molekul-molekul fosfolipid dengan pori-pori ultramikroskopik yang dapat
melewatkan molekul-molekul berukuran kecil dan ion. Molekul-molekul yang dapat
melewati membran sel di antaranya adalah oksigen, karbon dioksida, air, dan
beberapa mineral yang larut dalam air. Molekul berukuran sedang, seperti
molekul gula dan asam amino, tidak dapat berdifusi melewati membran sel.
Pertukaran O2 dan CO2 pada proses respirasi hewan merupakan salah satu contoh
difusi. Pada prinsipnya, pada difusi membran sel bersifat pasif. Membran sel
tidak mengeluarkan energi untuk memindahkan molekul ke luar maupun ke dalam
sel.
b. Osmosis
Secara luas,
proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan pelarut melewati sebuah
membran semipermeabel. Secara sederhana, osmosis dapat diartikan sebagai proses
difusi air sebagai pelarut, melewati sebuah membran semipermeabel. Masuknya air
ini dapat menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik. Pada sel tanaman
disebut tekanan turgor. Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan
pergerakan air pada osmosis, yaitu hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Suatu
larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding
akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil.
Larutan isotonik, memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan
pembanding.
Gambar 4. Sebuah osmometer. Osmometer
sederhana dapat mengukur tekanan osmotik. Osmosis akan bergerak dari air murni
ke larutan hingga tekanan osmotiknya seimbang.
Pergerakan
molekul air melalui membran semipermeabel selalu dari larutan hipotonis menuju
ke larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua
larutan seimbang (isotonik). Misalnya, sebuah sel diletakkan di dalam air
murni. Konsentrasi zat terlarut di dalam sel lebih besar (hipertonik) karena
adanya garam mineral, asam-asam organik, dan berbagai zat lain yang dikandung
sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi
larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel memiliki
kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah.
Pada sel darah merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Gambar 5). Pada sel
tumbuhan, peristiwa ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel
yang menahan sel mengembang lebih lanjut. Pada sel tumbuhan keadaan ini disebut
turgid. Keadaan sel turgid membuat tanaman kokoh dan tidak layu. Di alam, air
jarang ditemukan dalam keadaan murni, air selalu mengandung garam-garam dan
mineral-mineral tertentu. Dengan demikian, air aktif keluar atau masuk sel. Hal
tersebut berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut pada sitoplasma. Pada saat
air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam
dan zat-zat yang terdapat di dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi zat
terlarut di luar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.
Gambar 5. Reaksi sel terhadap beberapa sifat
larutan.
Jika sel
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel.
Sel akan mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat mati. Pada sel
tumbuhan, hal ini menyebabkan sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding
sel. Peristiwa ini disebut plasmolisis. Dengan demikian, pada saat tertentu,
sel perlu meningkatkan kembali kandungan zat-zat dalam sitoplasma untuk
menaikkan tekanan osmotik di dalam sel. Cara sel mempertahankan tekanan osmotiknya
ini disebut osmoregulasi. Demikian seterusnya, sel selalu aktif dan hal
tersebut dilakukan untuk mempertahankan kondisi setimbang antara sel dan
lingkungannya. Proses metabolisme membutuhkan air dan mineral atau garam dan berbagai
zat yang terkandung dalam sitoplasma. Akibatnya, tekanan osmotik dan
konsentrasi molekul-molekul lain berubah sehingga terjadi aliran difusi dan
osmosis yang terus-menerus dari sel ke luar atau dari luar ke dalam sel.
c. Difusi
Terbantu
Proses difusi
terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung
pada suatu mekanisme transpor dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemui
pada kehidupan sehari-hari, misalnya pada bakteri Escherichia coli yang
diletakkan pada media laktosa. Membran sel bakteri tersebut bersifat
impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh laktosa. Setelah beberapa menit
kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang disebut permease,
yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan
jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel.
2.
Transpor Aktif
Transpor aktif
merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP.
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke
larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan
di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi
proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa transpor aktif dapat Anda
lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati membran plasma
dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Contoh lain terjadi pada darah
di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K) dan natrium (Na) yang
terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar ion
kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada
cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali lebih
besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkutan ion bertujuan agar
dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion ini
dapat terlihat pada Gambar
Gambar 6. Mekanisme Transpor Ion
Perbedaan utama
antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang dikeluarkan sel.
Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun untuk memindahkan
zat melewati membran sel karena zat berpindah sesuai dengan gradien
konsentrasi. Dengan kata lain, difusi dan osmosis terjadi secara spontan.
Transpor aktif merupakan mekanisme pemindahan molekul atau zat tertentu melalui
membran sel, berlawanan arah dengan gradien konsentrasi. Oleh karena itu, harus
ada energi tambahan dari sel yang digunakan untuk membantu perpindahan
tersebut. Energi tambahan yang digunakan dalam proses transpor aktif berasal
dari ATP yang dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi. Selain itu,
pada membran sel terdapat lapisan protein. Salah satu jenis protein yang
terdapat di membran sel tersebut adalah protein transpor. Protein transpor
mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar sel. Zat yang dipindahkan dengan
cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang memiliki ukuran molekul cukup
besar sehingga tidak mampu melewati membran sel. Sel mengimbangi tekanan
osmosis lingkungannya dengan cara menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul
tertentu. Dengan demikian, terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan
mengimbangi tekanan osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk
bertahan hidup. Pompa natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang
banyak ditemukan pada membran sel. Perpindahan molekul ini menggunakan energi
ATP untuk mengeluarkan natrium (Na+) keluar sel dan bersama dengan itu
memasukkan kalium (K+) ke dalam sel. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 7. Proses transpor aktif Na+ dan K+.
Ion Na+ dan K+
dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat pada
suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu
untuk dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal ini
merangsang membran sel untuk kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+ dilepaskan
protein membran dan masuk ke dalam sel.
Peristiwa
transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis
merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel. Istilah
endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam dan cytos
artinya sel. Membran sel membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan
“memakan” benda yang akan dipindahkan ke dalam sel. Di dalam sel, benda
tersebut dilapisi oleh sebagian membran sel yang terlepas membentuk selubung.
Proses makan pada Amoeba adalah contoh mudah untuk menggambarkan proses
endositosis. Endositosis membran sel pada Amoeba, akan membentuk vakuola
(Gambar 8). Pada vakuola ini, tempat makanan dicerna, diserap, dan
dikeluarkan sisa-sisa.
Gambar
8. Proses
fagositosis pada Amoeba
Terdapat tiga
bentuk endositosis, yaitu fagositosis, pinositosis, dan endositosis
dengan bantuan reseptor. Proses makan pada Amoeba merupakan contoh
fagositosis. Pada proses fagositosis, benda yang dimasukkan ke dalam sel berupa
zat atau molekul padat. Adapun pada pinositosis berupa zat cair. Berbeda dengan
fagositosis dan pinositosis, pada endositosis dengan bantuan reseptor hanya
menerima molekul yang sangat spesifik. Di dalam lekukan membran plasma terdapat
reseptor protein yang akan berikatan dengan protein molekul yang akan diterima
sel (Gambar 9).
Gambar
9. Proses endositosis dengan bantuan
reseptor. Pada proses ini, kolesterol dikenali dan dimasukkan ke dalam sel
dengan bantuan reseptor protein.
b. Eksositosis
Eksositosis
adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda lihat pada
proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon
tertentu. Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis.
Sel-sel yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong
yang berisi protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk mengosongkan
isinya.
Proses Amoeba
mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya adalah satu contoh
eksositosis. Istilah eksositosis berasal dari bahasa Yunani, exo artinya
keluar dan cytos artinya sel. Vakuola atau selubung membran melingkupi
sisa zat makanan yang sudah dicerna. Kemudian, bergabung kembali dengan membran
sel dan sisa zat makanan untuk di buang keluar sel. Jadi, eksositosis adalah
proses mengeluarkan benda dari dalam sel ke luar sel. Membran yang menyelubungi
sel tersebut akan bersatu atau berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah
salah satu mekanisme yang digunakan sel-sel kelenjar untuk menyekresikan hasil
metabolisme. Misalnya, sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim
ke saluran pankreas yang bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan
enzim dari dalam sel menggunakan mekanisme eksositosis (Gambar 10).
Gambar
10. Proses
pengeluaran sekret dapat dilakukan dengan cara eksositosis.
Pada umumnya,
eksosistosis dan endositosis digunakan untuk memindahkan benda-benda yang
berukuran besar. Kedua proses tersebut, saling menyeimbangkan luas permukaan
plasma membran sehingga volume sel tidak harus menjadi lebih kecil dari semula.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah
“ Sistem Transportasi Membran Sel” ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Struktur
membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan
Nicholson pada tahun 1972.
2. Salah
satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara
dua arah.
3. Transpor
pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi.
4. Transpor
pasif dibedakan menjadi peristiwa
difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
5. Transpor
aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP.
6. Peristiwa
transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
7. Endositosis
merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel.
8. Eksositosis
adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel
3.2
Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca
agar pembaca dapat mengetahui bahwa sel dan membran sel penting bagi kehidupan
kita.
Selain dari pada itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis masih dalam proses
pembelajaran. Dan yang penulis harapkan dengan adanya makalah ini,dapat menjadi
wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B. 1994.
Biologi Molekuler Sel, Edisi Kedua.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Anonimus.
Mekanisme Transpor pada Membran. (online), (http://www.artikelbiologi.com/2012/08/mekanisme-transpor-pada-membran.html),
diakses tanggal 18 september 2013
Budiyanto.Mekanisme Transpor Zat Melalui Membran.
(online), (http://budisma.web.id/mekanisme-transpor-zat
melalui-membran.html), diakses tanggal 18 september 2013
Darmadi dan
Yustina. 2013. Fisiologi Hewan. Unri
Press:Pekanbaru
Reece,campbell
Mitchel.2000.Biologi Jilid 1.Jakarta:
Erlangga
Sridianti.
Transportasi Aktif pada Membran Sel.
(online), (http://www.sridianti.com/transportasi-aktif-pada-membran-sel.html),
diakses tanggal 18 september 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar yang sopan yaa...